LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA TANAMAN
SEL



Disusun Oleh :

Kelompok 3

Asy Syaffa Amatur Rahman 48416504
Ayu Nindita Nuraini 48416505
M. Irva Chairunnur Fajar 48416509

Dosen Pengampu :
Inti Mulyo Arti STP., MSc
Adinda Nurul Huda M, SP., MSi.


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017





KATA PENGANTAR

     Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum tentang sel hewan dan sel tumbuhan.
     Laporan praktikum ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih.
     Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini.
    Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.





Depok, 10 Oktober 2017



Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
     Sel adalah suatu unit aktivitas biologis yang dibatasi oleh membran semipermeabel dan berkemampuan untuk mengadakan reproduksi di dalam medium yang bebas dari sistem kehidupan yang lain (Sumarsono dkk, 2013).
     Semua makhluk hidup tersusun oleh satu atau lebih sel yang merupakan unit fungsional dan terkecil dari makhluk hidup. Sel mengandung informasi genetik yang diperlukan untuk menjalankan dan mengendalikan semua fungsi sel dan untuk menurunkan informasi genetik ke generasi berikutnya. Sel-sel bekerja bersama-sama sesuia dengan fungsinya masing-masing.
     Menurut jumlah sel penyusunya, makhluk hidup yang tersusun dari satu sel saja disebut makhluk hidup uniseluler, dan makhluk hidup yang tersusun lebih dari satu sel disebut makhluk hidup multiseluler.
     Sel penyusun makhluk hidup terbagi ke dalam dua kelompok besar yaitu sel prokariot dan sel eukariot. Perbedaan utamanya adalah pada inti sel sejati, yaitu materi genetik yang tersimpan dalam satu struktur inti sel yang memiliki membran. Sel memiliki jenis, ukuran, komponen kimia, struktur, dan kegunaan dari organel-organelnya dalam mendukung proses metabolisme di dalam tubuh makhluk hidup.
     Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang tersusun oleh selulosa yang berfungsi untuk melindungi bagian yang ada di dalamnya. Bentuk sel pada tumbuhan dapat bermacam-macam, seperti bentuk bulat, pipih, kubus, dan memanjang polyedris (Sumarsono dkk, 2013).
     Sel hewan yang kana dibahas disini adalah sel musang luak. Musang luak Paradoxurus hermaphroditus  merupakan salah satu jenis mamalia liar yang diklasifikasikan ke dalam famili Viverridae dan genus Paradoxurus. Musang jenis ini paling banyak ditemukan di Asia bagian Selatan dan Tenggara (Lekagul & McNeely 1977). Musang jantan dan betina memiliki kelenjar anal yang terletak di sekitar anus (Baker & Lim 2008). Organ reproduksi pada mamalia jantan memiliki beberapa variasi sesuai dengan karakteristik reproduksi dan jenis hewan.
     Sedangkan sel tumbuhan yang akan dibahas adalah tumbuhan padi dan allamanda. Sel pada akar akan terhambat pemanjangan dan pembelahannya akibat cekaman Al sehingga akar menjadi menebal dan memendek (Delhaize dan Ryan, 1995). Pada Allamanda yang merupakan salah satu genus dari famili Apocynaceae perbedaan anatomi jaringan stomata berbagai daun Genus Allamanda terlihat pada ukuran stomata yang meliputi panjang dan lebar sel penjaga stomata. Stomatanya tergolong tipe parasitik. Tipe parasitik adalah setiap sel penjaga bergabung dengan satu atau lebih sel tetangga, sumbu membujurnya sejajar dengan sumbu sel penjaga dan aperture (Rahayu dkk, 2015).

1.2. Tujuan
     Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perbedaan sel hewan dan tumbuhan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Musang
     Klasifikasi musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) menurut Schreiber et al. (1989), adalah sebagai berikut:
     Kingdom : Animalia
     Filum : Chordata
     Kelas : Mammalia
     Ordo : Carnivora
     Famili : Viverridae
     Subfamili : Paradoxurinae
     Genus : Paradoxurus
     Spesies : Paradoxurus hermaphroditus
     Nama umum : Musang Luak (Asian Palm Civet)
     Menurut Schreiber et al. (1989) dalam International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, ada empat spesies musang dari genus Paradoxurus, yaitu:
1. Paradoxurus hermaphroditus (musang luak), menyebar luas mulai dari India, bagian Utara Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia Tenggara, Tiongkok Selatan, Semenanjung Malaya hingga Filipina. Di Indonesia didapati di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian Selatan, serta Taliabu dan Seram di Maluku.
2. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka.
3. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India Selatan.
4. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai. Asian Palm Civet (musang luak) tersebar di beberapa negara, seperti: India, Nepal, Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, Singapura, Semenanjung Malaysia, Sabah, Sarawak, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, Vietnam, Cina, Filipina dan pulau-pulau Indonesia dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bawean, dan Siberut. Musang luak juga terdapat di Kepulauan Sunda Kecil, Maluku, dan Sulawesi. Keberadaan musang di Papua Nugini belum pasti (Schreiber et al. 1989).

     Anatomi organ reproduksi jantan bervariasi pada berbagai spesies hewan. Variasi tersebut berhubungan erat dengan fungsi reproduksinya serta penyesuaian terhadap anatomi organ reproduksi betina. Secara umum, organ reproduksi jantan terdiri dari gonad (testis yang memproduksi spermatozoa dan hormon testosteron), saluran kelamin (ductus efferent, ductus epididymis (caput, corpus, dan cauda), ductus deferens, dan urethra), kelenjar asesorius (ampulla, glandula vesicularis, glandula prostata, dan glandula bulbourethralis) dan organ kopulatoris yaitu penis (Cunningham, 1992).

     Secara anatomi testis berada di luar tubuh dan dibungkus oleh scrotum.Testis terdiri dari testis dexter dan testis sinister, berbentuk oval, dan dibungkus oleh tunica albuginea yang terdapat di profundal dari tunica vaginalis lamina parietalis. Tunica albugenia merupakan jaringan ikat berwarna putih mengandung serat fibrosa dan memiliki serabut-serabut otot licin (Noakes et al. 2001). Lapisan testis tunica albuginea berhubungan dengan mediastinum testis, yaitu jaringan ikat yang memanjang dari testis.

2.2. Padi
     Tanaman padi merupakan makanan pokok bangsa Indonesia yang dapat dibudidayakan dengan berbagai cara antara lain budidaya padi sawah, padi rawa atau padi pasang surut, padi tadah hujan, dan padi gogo sesuai karakter varietasnya. Budidaya padi gogo dilakukan di lahan kering yang tidak terlepas dari adanya hambatan-hambatan berupa tanah yang kebanyakan berupa tanah podsolik merah kuning. Padi gogo berdasarkan umurnya dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni berumur genjah (<110 hari), berumur sedang (antara 110-124 hari) dan berumur dalam (>125 hari) (Prasetyo, 2001). Tanah podsolik merah kuning memiliki kondisi tanah yang mudah tererosi,miskin unsur hara, gejala keracunan Al (Al), dengan tingkat kemasaman yang tinggi. Tingkat kemasaman yang tinggi disebabkan oleh derajat frekuensi pencucian kation dari tanah, praktek-praktek pertanian, dan hujan asam. Ion Al3+mendominasi pada tanah asam yang memiliki pH <5 dan merupakan fitotoksik utama, karena Al3+ dapat mengkelat unsur hara. Unsur hara yang terkelat akan sulit dan atau tidak dapat diserap oleh tanaman (Delhaize dan Ryan, 1995), akibatnya tanaman kekurangan unsur hara dan pertumbuhannya terhambat.Beberapa ciri morfologi yang dapat diamati pada galur padi gogo toleran Al seperti HB adalah batang yang mendukung bulir berwarna putih, warna lamina daun hijau tua, jumlah anakan pada tanaman dewasa (umur 4 bulan) sedikit (kurnag dari 5 anakan) dan memiliki postur tanaman yang tinggi (Jagau, 2000).

2.3. Alamanda
     Allamanda merupakan salah satu genus dari famili Apocynaceae. Allamanda berasal dari Amerika tropis. Famili ini terdiri dari sekitar 1000 spesies yang tergolong dalam kurang lebih 175 genus yang tersebar di daerah tropika. Di Indonesia, tanaman ini ditemukan di Wilayah dengan letak 10 - 850 m di atas permukaan laut (dpl). Perdu memanjat, tinggi dapat mencapai 6 m, berkayu, berbuku-buku, bercabang, dan bergetah. (Setiawan, 2008). Spesies dari genus allamanda memiliki keanekaragaman pada ciri bentuk daun, permukaan daun, warna bunga, warna mahkota bunga dan bentuk bunga.
     Allamanda memiliki banyak mamfaat dalam kehidupan. Bunga allamanda diketahui memiliki beberapa fungsi medis, salah satunya dapat dipakai sebagai laksatif. Getah tanaman ini memiliki sifat antibakteri. Daun Allamanda juga digunakan sebagai obat sembelit, demam, bisul, kurap, dll. Selain itu, akarnya juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit kuning. Kandungan senyawa kimia pada allamanda seperti Triterpenoid resin, allamandin (Setiawan, 2008)




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sel Hewan

Gambar 1. Struktur histologi umum testis musang luak. Gambar (B) merupakan perbesaran dari gambar (A). Tunica albugenia (1), Sel interstisial (sel Leydig) (2), spermatogonium (3), lumen tubulus seminiferus (4), Pewarnaan HE. Bar A dan B: 100µm dan 50µm.


Sel Tumbuhan


Gambar 3. Mikrograf elektron struktur sel ujung akar padi HB dan mutan tanpa perlakuan Al. HB (HB), M (mutan),→ (cw (dinding sel), mp (membran plasma), mt (mitokondria), v (vacuola), N (nukleus)). Perbesaran A (HB = 5000x; M = 12.000x). (Sumber : Jumiati, 2016)


Gambar 3. Preparat anatomi jaringan stomata pada Allamanda violaceae dengan menggunakan SEM (Sumber : Rahayu dkk, 2015).

     Pengamatan menggunakan SEM perbesaran 1000× dengan pengukuran panjang irisan membujur, maka diperoleh hasil panjang stomata yang ditunjukkan dengan panah hitam pada Gambar 3 adalah ukuran stomata yang meliputi panjang sel penjaga stomata dan lebar sel penjaga stomata. Panjang sel penjaga stomata yang ditunjukkan dengan panah hitam pada Gambar (a) 27,0µm, (b) 27,7µm, (c) 33,6µm. Lebar sel penjaga stomata ditunjukkan dengan panah hitam pada Gambar (a) 13,1µm, (b) 17,9µm, (c) 18,8µm.

     Dari ketiga gambar di atas bisa di lihat memiliki perbedaan yang sangat jauh antara sel tumbuhan dan sel hewan,di antaranya bentuk sel hewan lebih berfariasi dikarnakan sifat sel dari sel hewan yang fleksibel di banding sel tumbuhan yang memiliki dinding sel sehingga tidak dapat berubah bebtuk seperti sel hewan. Beberapa perbedaan lainnya seperti
     Pada sel hewan :
1. Ukuran sel hewan lebih kecil dari sel tumbuhan
2. Tidak memiliki plastid (kloroplas)
3. Tidak memiliki dinding sel
4. Memiliki lisosom
5. Memiliki sentrosom
6. Mempunyai bentuk tidak tetap
7. Tidak memiliki vakuola (walaupun ada juga yang memiliki vakuola tapi ukurannya kecil)

     Pada Sel Tumbuhan :
1. Ukuran sel tumbuhan lebih besar dari sel hewan
2. Umumnya memiliki plastid (kloroplas)
3. Memiliki dinding sel dan membran sel
4. Tidak memiliki lisosom
5. Tidak memiliki sentrosom
6. Mempunyai bentuk yang tetap
7. Memiliki vakuola ukuran besar dan biasanya berjumlah banyak


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Melihat ketiga hasil gambar kita bisa menilai perbedaan di antara kedua sel tersebut yaitu sel tumbuhan memiliki dinding sel sehingga tidak memiliki bentuk-bentuk yang bervariasi,tidak seperti sel hewan yang dapat berubah ubah bentuk dapat di lihat dari gambar sampel sel hewan yaitu gambar sel musang luak tersebut.

4.2. Saran
Memakai lebih banyak lagi sampel dan memperbanyak membaca jurnal dan makalah sel hewan maupun tumbuhan untuk menambah wawasan kita.








DAFTAR PUSTAKA

Baker N, Lim K. 2008. Wild Animals of Singapore: A Photographic Guide to Mammals, Reptiles, Amphibians and Freshwater Fishes. Singapore: Vertebrate Study Group.
Cunningham JG. 1992. Veterinary Physiology. 2nd Ed. USA: Saunders Company.
Delhaize E, Ryan PR. 1995. Al toxicity and tolerance in plants. Plant Physiol 107:315-321.
Jagau, Y. 2000. Fisiologi dan Pewarisan Efisiensi Nitrogen dalam Cekaman Alumunium pada Padi Gogo. Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Jumiati. 2016. Karakteristik Fisiologi Akar Padi Mutan Sensitif Aluminuium dan Pola Pewarisannya. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Prasetyo, Y. T. 2001. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olahan Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahayu, P., Rofieq, A. dan Muizzudin. 2015. Perbedaan Anatomi Jaringan  Stomata Berbagai Daun Genus Allamanda. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi. Prodi Pendidikan Biologi FKIP. Universitas Muhammadiyah. Malang.
Setiawan, Dalimarta. 2008. Altas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda, grup puspa swara, anggota Ikapi.
Sumarsono, Samiyarsih, S. dan Suwandi, H. 2013. Modul Praktikum Struktur Tumbuhan Edisi 2. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UJI PROTEIN