ENZIM AMILASE
LAPORAN PRAKTIKUM
ENZIM AMILASE
Disusun
Oleh :
Kelompok
3
Asy
Syaffa Amatur Rahman 48416504
Ayu
Nindita Nuraini 48416505
M.
Irvan Chairunnur Fajar 48416509
Dosen
Pengampu :
Inti
Mulyo Arti STP., MSc
Adinda
Nurul Huda M, SP., MSi.
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI
INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakaatuh.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat
Allah Subhanahu Wata’ala atas berkat rahmat dan karunianya sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan laporan praktikum dengan judul ENZIM AMILASE. Dalam
penyusunan laporan ini tidak sedikit kami mengalami hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak serta kerja
keras, Alhamdulillah laporan ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Atas bantuan, bimbingan dan dukungannya, kami
ucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Biokimia Tanaman. Kami sadar bahwa
penyusunan laporan ini jaduh dari sempurna, baik isi maupun tulisan. Untuk itu
kami sangat mengarapkan saran dan kritik yang positif dan bersifat membangun
demi perbaikan dimasa yang akan datang. Kami berharap laporan ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’
alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Depok, Oktober 2017
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Lata
Belakang
Enzim adalah biokatalisator
yang berfungsi sebagai katalis dalam proses biologis (Lehninger, 1982). Enzim
yang dikenal luas penggunaannya adalah enzim amilase, lipase, dan protease yang
merupakan enzim hidrolitik pemecah senyawa makromolkul karbohidrat, lemak, dan
ptotein.
Secara umum, enzim
menghasilkan kecepatan, spesifikasi, dan kedali pengaturan terhadap reaksi
dalam tubuh. Enzim berfungsi sebagai katalisator, yaitu senyawa yang
meningkatkan kecepatan reaksi kimia (Marks, dkk., 2000). Suatu enzim dapat
mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan ketika reaksi
tersebut tidak menggunakan katalis. Seperti katalis lainnya, enzim juga
menurunkan atau memeprkecil energi aktivasi suatu reaksi kimia (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009).
Amilase dapat diperoleh
dari berbagai sumber mikroorganisme, tanaman, dan hewan (Aiyer, 2005). Molekul
amilum dakan dipercah oleh amilase pada ikatan α-1,4-glikosida dan
α-1,6-glikosida (Richana, 2000). Amilase dibedakan menjadi endoamilase dan
eksoamilase. Endoamilase umumnya dikenal seagai α- amilase, sedangkan
eksoamilase dikenal sebagai β-amilase (Sumardjo, 2009).
BAB
II
PEMBAHASAN
Enzim
digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing enzim diberi
nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di
samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya
pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of the International
Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini
didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan. Enam golongan
tersebut ialah (Poedjiadi, 2006):
1. Oksidoreduktase
2. Transferase
3. Hidrolase
4. Liase
5. Isomerase
6. Ligase
Dalam
mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim,
apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah
suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah
enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan
protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat
kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik
dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang
disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya merupakan bagian
yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang
diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Enzim
meningkatkan laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara produk dan
pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk tidaklah
pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal,
suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya
dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak
menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya
(Salisbury, 1995).
Sebagai
mana protein pada umumnya, molekul enzim juga mempunyai struktur tiga dimensi.
Diantaranya jenis-jenis struktur tersebut, hanya satu saja yang mendukung
fungsi enzim sebagai biokatalisator, diantaranya jenis-jenis struktur tersebut,
diperlukan suhu dan pH yang sesuai. Apabila kedua faktor tersebut tidak
terpenuhi, enzim akan kehilangan sifat dan kemampuannya (Sadikin, 2002). Secara
dingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain (Dwidjoseputro, 1992) :
1. berfungsi sebagi
biokatalisator
2. merupakan suatu
protein
3. bersifat khusus atau
spesifik
4. merupakan suatu
koloid
5. jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
6. tidak tahan panas
Fungsi
enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam maupun
diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.
Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju
reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan
energi aktifasi, sehingga laju reaksi meningkat (Poedjadi, 2006).
Enzim-enzim
hingga kini diketahui berupoa molekul-molekul besar yang berat molekulnya
ribuan. Karena enzim tersebut dilarutkandalam air, maka akan menjadi suatu
koloid Beberapa enzim, diketahui memiliki kemampuan untuk mengubah substrat
menjadi hasil akhir dan sebaliknya, yaitu mengubah kembali hasil akhir menjadi
substrat jika kondisi lingkungan berubah. Contohnya adalah enzimenzim dari
golongan protease dan urase serta beberapa jenis enzim lainnya (Dwidjoseputro,
1992).
Suatu
enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan
tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan
fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi
sukrosa dan galaktosa (Salisbury, 1995).
Seperti
halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi oleh temperatur. Hanya saja enzim
ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya. Kebanyakan enzim akan
menjadi non aktif pada suhu 50o C (Poedjiadi, 2006). Apabila suhu terlalu
tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak, sehingga substrat tidak lagi
dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut tidak akan dapat
menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada umumnya denaturasi ini
bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury, 1995).
Kelebihan enzim sebagai
katalis antara lain (Suhtandry, 1985) :
· mempunyai
tenaga katalitik yang jauh lebih besar
· Spesifikasi
pada substrat sangat besar sekali
· Mempercepat
reaksi tanpa produksi samping
· Berjalan pada
suhu temperatur normal
· Bekerja dengan
urutan reaksi tertentu
· Reaksi
menyimpan dan menghasilkan reaksi kimia lain
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Enzim adalah biokatalisator
yang berfungsi sebagai katalis dalam proses biologis Enzim yang dikenal luas
penggunaannya adalah enzim amilase, lipase, dan protease yang merupakan enzim
hidrolitik pemecah senyawa makromolkul karbohidrat, lemak, dan ptotein. Dalam
mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim,
apoenzim, kofaktor, gugus prostetik.
DAFTAR
PUSTAKA
Lehninger, A.L., 1982.
Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga, Jakarta
Marks, D.B.A.D., Marks, C.M.,
Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta Megiandari, A. 2009.
Poedjiadi, A., Supriyanti, F.M.T.
2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Richana, N. 2000. Prospek Dan Produksi Enzim α-Amilase Dari
Mikroorganisme. Agro Bio. Vol. 3(2):15-58.
Aiyer, P.V. 2005. Amylases And Their Applications. African
Journal Of Biotechnology. Vol.4 (13).
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Universitas
Indonesia PRESS, Jakarta
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995, Fisiologi Tumbuhan
Jilid 2, ITB Press, Bandung. Suhtanry, Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Badan
Kerja Sama Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur, Makassar.
Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Suhtanry, Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Badan Kerja Sama
Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur, Makassar.
Komentar
Posting Komentar